Saturday 22 September 2012

Day-16 waiting Din Syamsuddin dare to explain openly and civilized Muhammad not a TERRORIST – There is no freedom of the press


(Dalam bahasa Indonesia di bawah)

Dated 7 September 2012 I have sent via twitter article titled "Din Syamsudin doing Masturbation again, Masturbation again, saying Islam forbids the act of TERROR" while inviting Din Syamsuddin have courage to an open civilized discussion refute the statement of the author of the book Six Ways Toward God that Muhammad illiterate Arab who claimed prophet is TERRORIST.

Today is the 16th day after the article was sent to Din Syamsuddin. What has been done by Din Syamsuddin? Instead of answering an invitation in an open and civilized discussion with confirmation but hiding and still hiding untill now.

On 5 September 2012, Metro TV held dialogue in Metro Program Today, related to phenomena the emergence of the terrorist-younger. The event was apparently reap many protests from people who live in ignorance and barbarism of Islam on charges of Metro TV discredited Islam. Metro TV became fear terrorized by devotee of Muhammad illiterate Arab who claimed prophet who is actualy the source of terror, apologize then the case was brought to the Press Council.

Bagir Manan as Chairman of the Press Council said that Metro TV has realized there is negligence. For example, Metro TV only provide a single source, they should check other sources.

We know in the pre-reform, the Indonesian press was not free, all criticism of the government muzzled. Now the Indonesian press is relatively free from the pressure of the authorities but the events of Metro TV was forced to apologize on charges discredited Islam became evident that in Indonesia there is not yet freedom of the press, do not dare to reveal the TRUTH associated with Islam, fearing terrorized by devotee of Muhammad illiterate  Arab who claimed prophet not only appeared in the form of community organizations but also in form of Press Council and Indonesia BROADCASTING COMMISSION.

Other evidence can be seen from the recording talk show Kick Andy http://www.kickandy.com/theshow/1/1/1780/read/MENGAPA-MEREKA-DIBUNGKAM-Talk%20Show which discusses the ban of book by the government in which one segment of 6 segments of the show, discussing the book Six Ways Toward God. There is photo of the author of the book Six Ways Toward God in that record, but in the text on the right is not mentioned the book Six Ways Toward God. At the bottom of the text was written.

Restrictions or bans publication of books by some quarters is a form of fear or uncertainty of the government itself that should not have happened. The book should be used as a source of information or material criticism in running the government. Fear for as disturbing the public order is an exaggeration. Is not our society has increasingly grown in response to something?

With the revocation of the legal basis for banning of books by the Court of Constitution on October 13, 2010, no more fear and uncertainty from the government and that turned out who fear and uncertain are the people who live in ignorance and barbarity of Islam. They are afraid to face the fact that Muhammad illiterate Arab who claimed the prophet is only a dumb barbarous people.

By using the SARA (tribe, group, and religion) as a shield, the Press Council and the Broadcasting Commission made ​​fortress for DEFENSE that no one dared to prove that Islam is not a religion but a heresy of Muhammad's illiterate Arab who claimed prophet.

The meaning of SARA should be changed, what should be the base is TRUTH. Telling that Muhammad illiterate Arab who claimed prophets is a man of fool savage should not be blamed due to can be explained on the basis of the Qur'an. But that teh Koran says Jesus was born of Mary alone under a palm tree  must be stated WRONG, really WRONG, so all broadcasting in the public sphere in Indonesia related to the Koran should be condemned as SARA.

Din Syamsuddin should explain that Muhammad illiterate Arab who claimed prophet not TERRORIST should not be hindered because of press feel FEAR and Metro TV should not have to apologize because the fact speak out that Fajar a terrorist who was arrested by police on Saturday (09/22/2012) in Solo, still sitting in a 3rd class of high school.

Further information please read:

http://www.amazon.com/Six-Ways-Toward-Apollinaris-Darmawan/dp/1612047084 
***

Hari ke-16 menunggu Din Syamsuddin berani menjelaskan Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi bukan TERORIS – Belum ada kebebasa pers

Tanggal 7 September 2012 saya sudah mengirim melalui twitter tulisan berjudul “Din Syamsudin Onani lagi, Onani lagi, mengatakan Islam mengharamkan perbuatan TEROR”sambil mengajak Din Syamsuddin berani melakukan diskusi terbuka yang beradab mematahkan pernyataan penulis buku Enam Jalan Menuju Tuhan bahwa Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi adalah seorang TERORIS.

Hari ini adalah hari ke-16 sesudah tulisan itu dikirim kepada Din Syamsudin. Ternyata Din Syamsuddin bukannya menjawab ajakan diskusi secara terbuka dan beradab dengan konfirmasi tetapi malah SEMBUNYI dan tetap SEMBUNYI hingga hari ini.

Pada tanggal 5 September 2012, Metro TV mengadakan dialog dalam Program Metro Hari Ini, terkait fenomena kemunculan para teroris berusia muda. Acara itu tampaknya menuai banyak protes dari orang-orang yang hidup dalam KEDUNGUAN dan KEBIADABAN Islam dengan tuduhan Metro TV memojokkan Islam. Metro TV yang menjadi TAKUT diteror oleh para PEMUJA Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi yang memang BIANG TEROR, meminta maaf lalu masalahnya dibawa ke Dewan Pers.

Bagir Manan Selaku Ketua Dewan Pers mengatakan bahwa Metro TV sudah menyadari ada kelalaian. Misalnya, Metro TV hanya memberikan satu sumber, harusnya mengecek sumber lain.

Kita tahu di jaman sebelum reformasi, pers Indonesia tidak bebas, semua kritik terhadap pemerintah diberangus. Sekarang pers Indonesia relatif bebas dari tekanan penguasa tetapi peristiwa Metro TV terpaksa meminta maaf karena dituduh menyudutkan Islam menjadi bukti bahwa pers Indonesia BELUM BEBAS, tidak berani mengungkap KEBENARAN yang berkaitan dengan Islam, takut diteror oleh PEMUJA Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi yang bukan hanya tampil dalam bentuk Ormas tapi juga dalam wajah DEWAN PERS dan KOMISI PENYIARAN INDONESIA.

Bukti lain bisa dilihat dari rekaman Talk Show Kick Andy http://www.kickandy.com/theshow/1/1/1780/read/MENGAPA-MEREKA-DIBUNGKAM-Talk%20Show yang membahas pelarangan buku oleh pemerintah di mana salah satu segmen dari 6 segmen acara itu, membahas buku Enam Jalan Menuju Tuhan. Di rekaman itu ada foto penulis Enam Jalan Menuju Tuhan tetapi di teks yang ada di sebalah kanan tidak disebut buku Enam Jalan Menuju  Tuhan. Di bagian bawah teks tersebut  ditulis.

Pelarangan atau pembredelan penerbitan buku menurut beberapa kalangan adalah bentuk ketakutan atau kegamangan dari pemerintah itu sendiri yang seharusnya tidak perlu terjadi. Harusnya dengan buku bisa dijadikan sebagai sumber informasi atau bahan kritik dalam menjalankan roda pemerintahan. Ketakutan yang dianggap mengganggu ketertiban umum adalah suatu hal yang berlebihan. Bukankah masyarakat kita sudah semakin dewasa dalam hal menyikapi sesuatu?

Dengan dicabutnya dasar hukum pelarangan buku oleh MK pada tanggal 13 Oktober 2010 tidak ada lagi ketakutan dan kegamangan dari pemerintah dan yang ternyata TAKUT dan GAMANG adalah orang-orang yang hidup dalam KEDUNGUAN dan KEBIADABAN Islam. Mereka takut menghadapi kenyataan bahwa Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi ternyata hanya manusia DUNGU yang BIADAB.

Dengan berlindung pada isitilah SARA, Dewan Pers dan Komisi Penyiaran dijadikan BENTENG PERTAHANAN agar tidak ada yang berani membuktikan bahwa Islam memang bukan agama melainkan hanya ajaran sesat dari Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi.

Pemahaman SARA harus diubah, yang harus dijadikan pegangan adalah KEBENARAN. Mengatakan Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi adalah manusia DUNGU yang BIADAB tidak boleh disalahkan karena dapat dijelaskan dengan dasar Alquran. Tetapi Alquran yang menyebutkan Isa dilahirkan oleh Maryam seorang diri di bawah pohon kurma harus dinyatakan SALAH dan memang SALAH sehingga semua penyiaran di ruang publik di Indonesia yang berkaitan dengan Alquran harus dikecam sebagai SARA.
    
Din Syamsuddin yang harus menjelaskan bahwa Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi bukan TERORIS jangan terhalang karena pers TAKUT dan Metro TV seharusnya tidak perlu minta maaf karena fakta berbicara bahwa Fajar seorang teroris yang ditangkap polisi hari Sabtu (22/9/2012) di Solo, masih duduk di kelas III sebuah SMA.

Informasi lebih lanjut silahkan baca:

No comments:

Post a Comment