Wednesday 19 September 2012

Day-13 waiting Din Syamsuddin dare to explain openly and civilized Muhammad illiterate Arab who claimed prophet not a TERRORIST – Soegeng Sarjadi surprised


(Dalam bahasa Indonesia di bawah)

Dated 7 September 2012 I have sent via twitter article titled "Din Syamsudin doing Masturbation again, Masturbation again, saying Islam forbids the act of TERROR" while inviting Din Syamsuddin have courage to an open civilized discussion refute the statement of the author of the book Six Ways Toward God that Muhammad illiterate Arab who claimed prophet is TERRORIST.

Today is the 13th day after the article was sent to Din Syamsuddin. What has been done by Din Syamsuddin? Instead of answering an invitation in an open and civilized discussion with confirmation but hiding and still hiding untill now.

While Din Syamsuddin still hiding, Soegeng Sarjadi in his speech at the event Soegeng Sarjadi Award on Good Governance and triennial Soegeng Sarjadi School of Government, at the Four Seasons Hotel, Jakarta, Wednesday (09/19/2012) said he was surprised over the statement issued NU discourse of tax boycott: "How can an organization that is so moderate Islam, Javanese, and unlike other more fundamental organizations can issue such statement. What if NU action followed by other Islamic organizations, followed by campuses in Indonesia, followed by all people? This statement has came out of the moderate organizations such as NU very creepy. I appealed to the president to immediately answer the allegation because in political science can be called as disobidience.'

Soegeng Sarjadi is right, what is said by NU is very dangerous and needs to be clarified but as if the President must be responsible for so many corruption is a big  WRONG. Look at the role of Parliament in state money corruptions from taxes. There are House members were questioned on suspicion of corruption procurement of the Koran. KPK investigate because the price is set too high but no one has questioned why the book which its content only a stupid and barbarous ravings of Muhammad illiterate Arab who claimed prophet has been purchased by the state using the money from taxes and this matters is also not questioned by NU.

That needs to be clarified from NU is the assertion that Islam does not teach to pay taxes and are taught only to pay zakat. Based on this doctrine NU issued a statement that is treason against the state. Not the president should ask for clarification from NU but Parliament should immediately hold a public hearing to request the Chairman of NU clarify whether Islam teaches Muslims do not pay taxes and Islam which do not teach to pay taxes should not be seen too simple, because taxation is one of the pillars of Civilization and with teaching does not pay taxes, means Islam is spreading savagery.

If after clarification is true that Islam teaches not to pay taxes and teaches only to pay zakat, Parliament must be boldly declare Islam is not a religion but only a dangerous heresy to the state.

We must trust the Commission for eradication of corruptions will continue to work to remove corruption and we may expect a time will come the corruption in Indonesia will be much reduced, but Islam which is not likely to be changed should be REMOVED from Indonesia because if left not removed the consequences of treason for not paying taxes will continue to poison the community.

Further information please read:

http://www.amazon.com/Six-Ways-Toward-Apollinaris-Darmawan/dp/1612047084 
***

Hari ke-13 menunggu Din Syamsuddin berani menjelaskan Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi bukan TERORIS – Soegeng Sarjadi terkejut

Tanggal 7 September 2012 saya sudah mengirim melalui twitter tulisan berjudul “Din Syamsudin Onani lagi, Onani lagi, mengatakan Islam mengharamkan perbuatan TEROR”sambil mengajak Din Syamsuddin berani melakukan diskusi terbuka yang beradab mematahkan pernyataan penulis buku Enam Jalan Menuju Tuhan bahwa Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi adalah seorang TERORIS.

Hari ini adalah hari ke-13 sesudah tulisan itu dikirim kepada Din Syamsudin. Ternyata Din Syamsuddin bukannya menjawab ajakan diskusi secara terbuka dan beradab dengan konfirmasi tetapi malah SEMBUNYI dan tetap SEMBUNYI hingga hari ini.

Sementara Din Syamsuddin masih sembunyi, Soegeng Sarjadi dalam sambutannya pada acara Soegeng Sarjadi Award on Good Governance dan peringatan tiga tahun Soegeng Sarjadi School of Government, di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (19/9/2012) mengatakan terkejut atas pernyataan NU yang mengeluarkan wacana pemboikotan pajak, “Bagaimana bisa sebuah organisasi Islam yang begitu moderat, kejawen, dan tidak seperti organisasi-organisasi lain yang lebih fundamental bisa mengeluarkan pernyataan tersebut. Bagaimana jika tindakan NU diikuti oleh organisasi Islam lain, diikuti kampus-kampus yang ada di Indonesia, lalu diikuti oleh seluruh rakyat? Pernyataan ini bisa keluar dari organisasi yang moderat seperti NU sangat menyeramkan. Saya imbau ke presiden untuk segera menjawab pernyataan tersebut karena dalam ilmu politik bisa disebut sebagai disobidience. “

Soegeng Sarjadi benar, apa yang dikatakan NU sangat berbahaya dan perlu segera diklarifikasi namun seolah-olah Presiden yang harus bertanggung jawab atas banyaknya kosupsi adalah SALAH Besar. Lihat peranan DPR dalam menggerogoti uang negara dari pajak. Ada anggota DPR yang sedang diperiksa KPK atas dugaan korupsi pengadaan Alquran. KPK menyidik karena harga yang ditetapkan terlalu tinggi tetapi belum ada yang mempertanyakan mengapa kitab yang isinya hanya ocehan DUNGU dan BIADAB dari Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi dibeli oleh negara menggunakan uang dari Pajak dan masalah ini tidak dipersoalkan oleh NU.

Yang perlu segera diklarifikasi dari NU adalah pernyataan bahwa Islam tidak mengajarkan membayar pajak dan yang diajarkan hanya membayar zakat. Ajaran ini yang dijadikan dasar oleh NU mengeluarkan pernyataan yang bersifat MAKAR terhadap negara. Bukan Presiden yang harus meminta klarifikasi dari NU tetapi DPR yang harus segera mengadakan rapat dengan pendapat meminta Ketua Umum NU menjelaskan apakah benar Islam mengajarkan tidak membayar Pajak dan Islam yang tidak mewajibkan membayar pajak jangan dilihat terlalu sederhana, karena pajak adalah salah satu pilar PERADABAN dan dengan mengajarkan tidak membayar pajak, berarti Islam menyebarkan KEBIADABAN.

Jika setelah diklarifikasi memang benar Islam mengajarkan tidak membayar pajak dan hanya mengajarkan membayar zakat, DPR harus berani menyatakan Islam bukan agama tetapi hanya ajaran sesat yang membahayakan negara.

Kita harus percaya KPK akan terus bekerja menghapus korupsi dan kita boleh berharap satu saat korupsi di Indonesia akan banyak berkurang tetapi Islam yang tidak mungkin diubah harus segera DIHAPUS dari Indonesia karena jika terus dibiarkan konsekuensinya MAKAR untuk tidak membayar pajak akan terus meracuni masyarakat.

Informasi lebih lanjut silahkan baca:

No comments:

Post a Comment