Today
is the 39th day after confirmation by Minister of CIT (by not answering questions)
spread the news that Muhammad illiterate Arab who claimed prophet, according to
the Koran only a fool savage man, does not violate the ITE-Law and broadly
appeal that Islam should be removed gradually from Indonesia through peaceful
means, untill today no one protested. Even on August 27 Minister of Law and
Human right said discourse on the internet should be faced with as well argued
to healthy democratic.
Since
the end of 1965, freedom of expression in Indonesia is dominated by Islam, who
dare undertake criticism of Islam, surely be attacked savagely, beaten or even
killed or by borrowing the hands of law enforcement, arrested and charged with
tarnishing religion. The situation began to turn around, the truth winds begin
to blow. Vice Chairman of the NU As'ad Said Ali, at the NU Head Office, Monday
(01/10/2012) night, said, "The history that put NU as criminals did
massacres members and sympathizers of the Communist Party (PKI) in the range of 1965-1966 was a very cruel
libel . "
NU
began to fret accused has done massacres of more than half a million members
and sympathizers of the PKI during the period between the years 1965-1967. But
still arguing, that fact as a slander by quoting the Koranic verse
"slander more cruel than killing", a stupid and barbaric verse made
by Muhammad illiterate Arab who claimed prophet and NU as heavy worshiper of
ignorant and barbarous Muhammad, in self-defense following what ever performed
by their lord.
Muhammad
slandering his own tribe as criminals when the opposite happens, to keep his
life in Yatrib, Muhammad raiding his own tribe. Then because he want to kill,
he made a verse "slander more cruel than killing" and based on that
verse Muhammad legalize murder he did against his own tribe with a made-up
reason, maligned.
Until
now history taught at school that PKI
had killed savagely some of the General is obviously a slander. When
RPKAD (Now Special Forces, Kopassus) occupied Halim Perdana Kusuma on October
1, 1965, they did not find the General who kidnapped but a day later, after
Halim under the authority of Special Forces, reportedly the General was found
dead in a well in Lubang Buaya. Then PKI heavily maligned with NASTY
propaganda, Gerwani (Woman PKI) and Pemuda Rakyat (Young PKI) torturing and
killing the General savagely. (Read the book Sukarno Choose to sink for Suharto
be appeared, which I wrote and published by myself and ever discussed by Metro
TV on Secret Files program)
Related
to encourage NU to apologize to the family members and sympathizers of the PKI
who became victims of the massacre in 1965, head of the Counseling and Legal
Aid NU, Andi Fuaidi Najmi said, "NU ready to apologize, but the PKI must
first apologize. We are also victims and should be remembered, what NU has done
in 1965 was an effort of self-defense, not driven by vengeance. "
People
who live in ignorance and barbarism of Islam, their logic of thingking upside
down, massacre of members and sympathizers of the PKI by NU took place between
the end of the year 1965 untill 967, at that time the PKI has been destroyed.
That there NU Scholar killed before 1 Okober occurs in a very different case.
At that time, ideological conflict between communism and Islam followers
frequent occured with casualities and of course some of NU scholar became
victims prior to October 1, 1965 not ALLOWED to Justification, NU did SLAUGHTER
of more than half a million members and sympathizers of the PKI that is done
systematic after the date of October 1, 1965.
Demands
of NU that PKI must first apologize obviously stupid, because since 1966 the
PKI was not exist and the victims whose family members were systematically
slaughtered by NU the majority did not know anything about PKI, they just went
along and quite a few are only suspected joined the communists. Instead NU as
an organization that had committed massacre against members and sympathizers of
PKI still exists today.
Surely
an apology from NU does not really matter because it is more important, NU must
admit that the massacre of PKI members and supporters are motivated by Islam,
the teachings of Muhammad illiterate Arab who claimed prophet. Evidence that NU
commit massacres against members and sympathizers of the PKI based on the
teachings of Islam can be seen from the way NU had did massacres. The victims
ordered to dig trenches and lined up in the ditch and then one by one was
killed, the same way as Muhammad illiterate Arab who claimed prophet
slaughtered about 800 Jews in Yatrib more than 1400 years ago.
If
NU dare admit that systematic massacres against members and sympathizers of the
PKI motivated by Islam, consequently Islam must be removed from Indonesia but
if NU would not realize and do not want to admit ignorance and barbarity that
had happened motivated by Islam, the historical truth would speak out and there
is no other way for Indonesian people to have a better future than removing
Islam from Indonesia.
***
Hari ke-39 bangkitnya kesadaran Muhammad hanya
manusia DUNGU yang BIADAB, pembantaian anggota dan simpatisan PKI oleh NU
Hari
ini adalah hari ke-39 sesudah ada konfirmasi dari Menkominfo (dengan tidak
menjawab pertanyaan yang diajukan) menyebarluaskan berita bahwa Muhammad Arab
buta huruf yang mengaku nabi, menurut Alquran hanya manusia DUNGU yang BIADAB,
tidak melanggar UU ITE dan himbauan secara luas agar Islam dihapus secara
bertahap dari Indonesia melalui jalan damai, hingga hari ini tidak ada yang
protes. Bahkan pada tanggal 27 Agustus Menkumham mengatakan wacana di internet
harus dihadapi dengan wacana juga untuk menyehatkan demokrasi.
Sejak
akhir tahun 1965 Islam sangat mendominasi kebebasan berekspresi di Indonesia, kepada
yang berani melakukan kritik terhadap Islam, pasti dihajar dengan cara biadab, digebuki
bahkan dibunuh atau dengan meminjam tangan penegak hukum, ditangkap lalu diadili
dengan tuduhan menodai agama. Situasi mulai berbalik, angin kebenaran mulai berhembus.
Wakil Ketua Umum PBNU As'ad Said Ali, di gedung PBNU, Senin (1/10/2012) malam, mengatakan,
“Sejarah yang menempatkan NU sebagai pelaku kejahatan melalui pembantaian
anggota dan simpatisan PKI pada rentang 1965-1966 adalah fitnah yang sangat
kejam.”
NU
mulai resah dituduh melakukan pembataian terhadap lebih dari setengah juta
anggota dan simpatisan PKI pada kurun waktu antara tahun 1965-1967. Tetapi
masih berkilah kenyataan itu sebagai fitnah dengan mengutip ayat Alquran “fitnah
lebih kejam dari membunuh” Ayat itu adalah ayat DUNGU dan BIADAB buatan Muhammad
Arab buta huruf yang mengaku nabi dan NU sebagai PEMUJA berat Muhammad yang
DUNGU dan BIADAB dalam membela diri mengikuti apa yang pernah dilakukan oleh junjungannya.
Muhammad
memfitnah sukunya sendiri sebagai penjahat padahal yang terjadi sebaliknya, untuk
mempertahankan hidupnya di Yatrib, Muhammad merampok kafilah sukunya sendiri. Lalu
karena ingin membunuh, dia membuat ayat ‘fitnah lebih kejam dari membunuh” dan berdasar
ayat itu Muhammad melegalkan aksi pembunuhan yang dia lakukan terhadap orang sukunya dengan alasan yang dibuat-buat yaitu difitnah.
Sejarah
yang hingga saat ini diajarkan di sekolah bahwa PKI membunuh para Jendral
secara BIADAB jelas fitnah. Ketika RPKAD (Sekarang Kopasus) menduduki Halim
Perdana Kusuma pada tanggal 1 Oktober 1965, mereka tidak menemukan para Jendral
TNI yang diculik tetapi sehari kemudian, setelah Halim berada di bawah
kekuasaan RPKAD, diberitakan ditemukan mayat
para Jenderal di sumur di Lubang Buaya. Lalu PKI difitnah habis-habisan melalui
propaganda JAHAT, Gerwani dan Pemuda Rakyat menyiksa dan membunuh pada Jendral
secara BIADAB. (Baca buku Sukarno Memilih Tenggelam Agar Sukarno Muncul, yang
pernah saya tulis dan terbitkan sendiri dan pernah diangkat oleh Metro TV dalam
program Secret File)
Terkait
dorongan agar NU meminta maaf kepada keluarga anggota dan simpatisan PKI yang
menjadi korban pembantaian tahun 1965, Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan
Hukum NU, Andi Najmi Fuaidi, mengatakan, “NU siap meminta maaf, namun PKI harus
terlebih dahulu meminta maaf. Kami ini juga korban dan harus diingat, apa yang
dilakukan NU di tahun 1965 adalah upaya pembelaan diri, bukan didorong semangat
balas dendam."
Orang
yang hidup dalam KEDUNGUAN dan KEBIADABAN Islam, logika berfikirnya terbalik-balik,
Pembantaian terhadap anggota dan simpatisan PKI oleh NU terjadi antara tahun
akhir 1965-1967, pada waktu itu PKI sudah hancur. Bahwa ada kiayi NU yang terbunuh
sebelum tanggal 1 Okober terjadi dalam kasus yang sangat berbeda. Pada waktu
itu sering terjadi konflik ideologi antara penganut komunis dan Islam yang
menelan korban jiwa dan tentu saja segelintir kiayi NU yang menjadi korban sebelum
tanggal 1 Oktober 1965 tidak BOLEH menjadi PEMBENARAN, NU melakukan PEMBANTAIAN
terhadap lebih dari setengah juta anggota dan simpatisan PKI yang dilakukan
secara sistematis setelah tanggal 1 Oktober 1965.
Tuntutan
NU bahwa PKI harus minta maaf terlebih dahulu jelas DUNGU, karena sejak tahun
1966 PKI sudah tidak ada dan para korban yang anggota keluarganya dibantai
secara sistematis oleh NU sebagain besar tidak tahu menahu tentang PKI, mereka
hanya ikut-ikutan dan tidak sedikit yang hanya diduga ikut komunis. Sebaliknya
NU secara organisasi yang pernah melakukan pembantaian terhadap anggota dan
simpatisan PKI masih ada hingga sekarang.
Sesungguhnya
permintaan maaf dari NU tidak terlalu penting karena yang lebih penting adalah
NU harus mengakui bahwa pembantaian terhadap anggota dan simpatisan PKI dimotivasi
oleh ISLAM, yaitu ajaran Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi. Bukti
bahwa NU melakukan pembataian terhadap anggota dan simpatisan PKI berdasarkan
ajaran Islam dapat dilihat dari cara pembantaian yang dilakukan NU. Menyuruh
para korban menggali parit lalu mereka disuruh berjejer di tepi parit dan
kemudian satu per satu dibunuh, Sama seperti yang dilakukan Muhammad Arab buta
huruf yang mengaku nabi pada waktu membantai sekitar 800 orang Yahudi di Yatrib
lebih dari 1400 tahun yang lalu.
Jika
NU berani mengakui bahwa pembataian secara sistematis terhadap anggota dan
simpatisan PKI dimotivasi oleh Islam, sudah dengan sendirinya Islam harus
dihapus dari Indonesia tetapi jika NU tidak mau sadar dan tidak mau mengakui
bahwa KEDUNGUAN dan KEBIADABAN yang pernah terjadi dimotivasi oleh Islam kebenaran
sejarah yang akan berbicara dan tidak ada jalan lain agar bangsa Indonesia
mempunyai masa depan yang lebih baik selain menghapus Islam dari Indonesia.
No comments:
Post a Comment