Tuesday 2 October 2012

Day-39 awakening awareness, Muhammad only a dumb savage man, massacres of members and sympathizers of PKI by NU


Today is the 39th day after confirmation by Minister of CIT (by not answering questions) spread the news that Muhammad illiterate Arab who claimed prophet, according to the Koran only a fool savage man, does not violate the ITE-Law and broadly appeal that Islam should be removed gradually from Indonesia through peaceful means, untill today no one protested. Even on August 27 Minister of Law and Human right said discourse on the internet should be faced with as well argued to healthy democratic.

Since the end of 1965, freedom of expression in Indonesia is dominated by Islam, who dare undertake criticism of Islam, surely be attacked savagely, beaten or even killed or by borrowing the hands of law enforcement, arrested and charged with tarnishing religion. The situation began to turn around, the truth winds begin to blow. Vice Chairman of the NU As'ad Said Ali, at the NU Head Office, Monday (01/10/2012) night, said, "The history that put NU as criminals did massacres members and sympathizers of the Communist Party (PKI)  in the range of 1965-1966 was a very cruel libel . "

NU began to fret accused has done massacres of more than half a million members and sympathizers of the PKI during the period between the years 1965-1967. But still arguing, that fact as a slander by quoting the Koranic verse "slander more cruel than killing", a stupid and barbaric verse made by Muhammad illiterate Arab who claimed prophet and NU as heavy worshiper of ignorant and barbarous Muhammad, in self-defense following what ever performed by their lord.

Muhammad slandering his own tribe as criminals when the opposite happens, to keep his life in Yatrib, Muhammad raiding his own tribe. Then because he want to kill, he made a verse "slander more cruel than killing" and based on that verse Muhammad legalize murder he did against his own tribe with a made-up reason, maligned.

Until now history taught at school that PKI  had killed savagely some of the General is obviously a slander. When RPKAD (Now Special Forces, Kopassus) occupied Halim Perdana Kusuma on October 1, 1965, they did not find the General who kidnapped but a day later, after Halim under the authority of Special Forces, reportedly the General was found dead in a well in Lubang Buaya. Then PKI heavily maligned with NASTY propaganda, Gerwani (Woman PKI) and Pemuda Rakyat (Young PKI) torturing and killing the General savagely. (Read the book Sukarno Choose to sink for Suharto be appeared, which I wrote and published by myself and ever discussed by Metro TV on Secret Files program)

Related to encourage NU to apologize to the family members and sympathizers of the PKI who became victims of the massacre in 1965, head of the Counseling and Legal Aid NU, Andi Fuaidi Najmi said, "NU ready to apologize, but the PKI must first apologize. We are also victims and should be remembered, what NU has done in 1965 was an effort of self-defense, not driven by vengeance. "

People who live in ignorance and barbarism of Islam, their logic of thingking upside down, massacre of members and sympathizers of the PKI by NU took place between the end of the year 1965 untill 967, at that time the PKI has been destroyed. That there NU Scholar killed before 1 Okober occurs in a very different case. At that time, ideological conflict between communism and Islam followers frequent occured with casualities and of course some of NU scholar became victims prior to October 1, 1965 not ALLOWED to Justification, NU did SLAUGHTER of more than half a million members and sympathizers of the PKI that is done systematic after the date of October 1, 1965.

Demands of NU that PKI must first apologize obviously stupid, because since 1966 the PKI was not exist and the victims whose family members were systematically slaughtered by NU the majority did not know anything about PKI, they just went along and quite a few are only suspected joined the communists. Instead NU as an organization that had committed massacre against members and sympathizers of PKI still exists today.

Surely an apology from NU does not really matter because it is more important, NU must admit that the massacre of PKI members and supporters are motivated by Islam, the teachings of Muhammad illiterate Arab who claimed prophet. Evidence that NU commit massacres against members and sympathizers of the PKI based on the teachings of Islam can be seen from the way NU had did massacres. The victims ordered to dig trenches and lined up in the ditch and then one by one was killed, the same way as Muhammad illiterate Arab who claimed prophet slaughtered about 800 Jews in Yatrib more than 1400 years ago.

If NU dare admit that systematic massacres against members and sympathizers of the PKI motivated by Islam, consequently Islam must be removed from Indonesia but if NU would not realize and do not want to admit ignorance and barbarity that had happened motivated by Islam, the historical truth would speak out and there is no other way for Indonesian people to have a better future than removing Islam from Indonesia.
***

Hari ke-39 bangkitnya kesadaran Muhammad hanya manusia DUNGU yang BIADAB, pembantaian anggota dan simpatisan  PKI oleh NU

Hari ini adalah hari ke-39 sesudah ada konfirmasi dari Menkominfo (dengan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan) menyebarluaskan berita bahwa Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi, menurut Alquran hanya manusia DUNGU yang BIADAB, tidak melanggar UU ITE dan himbauan secara luas agar Islam dihapus secara bertahap dari Indonesia melalui jalan damai, hingga hari ini tidak ada yang protes. Bahkan pada tanggal 27 Agustus Menkumham mengatakan wacana di internet harus dihadapi dengan wacana juga untuk menyehatkan demokrasi.

Sejak akhir tahun 1965 Islam sangat mendominasi kebebasan berekspresi di Indonesia, kepada yang berani melakukan kritik terhadap Islam, pasti dihajar dengan cara biadab, digebuki bahkan dibunuh atau dengan meminjam tangan penegak hukum, ditangkap lalu diadili dengan tuduhan menodai agama. Situasi mulai berbalik, angin kebenaran mulai berhembus. Wakil Ketua Umum PBNU As'ad Said Ali, di gedung PBNU, Senin (1/10/2012) malam, mengatakan, “Sejarah yang menempatkan NU sebagai pelaku kejahatan melalui pembantaian anggota dan simpatisan PKI pada rentang 1965-1966 adalah fitnah yang sangat kejam.”

NU mulai resah dituduh melakukan pembataian terhadap lebih dari setengah juta anggota dan simpatisan PKI pada kurun waktu antara tahun 1965-1967. Tetapi masih berkilah kenyataan itu sebagai fitnah dengan mengutip ayat Alquran “fitnah lebih kejam dari membunuh” Ayat itu adalah ayat DUNGU dan BIADAB buatan Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi dan NU sebagai PEMUJA berat Muhammad yang DUNGU dan BIADAB dalam membela diri mengikuti apa yang pernah dilakukan oleh junjungannya.

Muhammad memfitnah sukunya sendiri sebagai penjahat padahal yang terjadi sebaliknya, untuk mempertahankan hidupnya di Yatrib, Muhammad merampok kafilah sukunya sendiri. Lalu karena ingin membunuh, dia membuat ayat ‘fitnah lebih kejam dari membunuh” dan berdasar ayat itu Muhammad melegalkan aksi pembunuhan yang dia lakukan terhadap orang  sukunya dengan alasan yang dibuat-buat yaitu  difitnah.

Sejarah yang hingga saat ini diajarkan di sekolah bahwa PKI membunuh para Jendral secara BIADAB jelas fitnah. Ketika RPKAD (Sekarang Kopasus) menduduki Halim Perdana Kusuma pada tanggal 1 Oktober 1965, mereka tidak menemukan para Jendral TNI yang diculik tetapi sehari kemudian, setelah Halim berada di bawah kekuasaan RPKAD,  diberitakan ditemukan mayat para Jenderal di sumur di Lubang Buaya. Lalu PKI difitnah habis-habisan melalui propaganda JAHAT, Gerwani dan Pemuda Rakyat menyiksa dan membunuh pada Jendral secara BIADAB. (Baca buku Sukarno Memilih Tenggelam Agar Sukarno Muncul, yang pernah saya tulis dan terbitkan sendiri dan pernah diangkat oleh Metro TV dalam program Secret File)

Terkait dorongan agar NU meminta maaf kepada keluarga anggota dan simpatisan PKI yang menjadi korban pembantaian tahun 1965, Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU, Andi Najmi Fuaidi, mengatakan, “NU siap meminta maaf, namun PKI harus terlebih dahulu meminta maaf. Kami ini juga korban dan harus diingat, apa yang dilakukan NU di tahun 1965 adalah upaya pembelaan diri, bukan didorong semangat balas dendam."

Orang yang hidup dalam KEDUNGUAN dan KEBIADABAN Islam, logika berfikirnya terbalik-balik, Pembantaian terhadap anggota dan simpatisan PKI oleh NU terjadi antara tahun akhir 1965-1967, pada waktu itu PKI sudah hancur. Bahwa ada kiayi NU yang terbunuh sebelum tanggal 1 Okober terjadi dalam kasus yang sangat berbeda. Pada waktu itu sering terjadi konflik ideologi antara penganut komunis dan Islam yang menelan korban jiwa dan tentu saja segelintir kiayi NU yang menjadi korban sebelum tanggal 1 Oktober 1965 tidak BOLEH menjadi PEMBENARAN, NU melakukan PEMBANTAIAN terhadap lebih dari setengah juta anggota dan simpatisan PKI yang dilakukan secara sistematis setelah tanggal 1 Oktober 1965.

Tuntutan NU bahwa PKI harus minta maaf terlebih dahulu jelas DUNGU, karena sejak tahun 1966 PKI sudah tidak ada dan para korban yang anggota keluarganya dibantai secara sistematis oleh NU sebagain besar tidak tahu menahu tentang PKI, mereka hanya ikut-ikutan dan tidak sedikit yang hanya diduga ikut komunis. Sebaliknya NU secara organisasi yang pernah melakukan pembantaian terhadap anggota dan simpatisan PKI masih ada hingga sekarang.

Sesungguhnya permintaan maaf dari NU tidak terlalu penting karena yang lebih penting adalah NU harus mengakui bahwa pembantaian terhadap anggota dan simpatisan PKI dimotivasi oleh ISLAM, yaitu ajaran Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi. Bukti bahwa NU melakukan pembataian terhadap anggota dan simpatisan PKI berdasarkan ajaran Islam dapat dilihat dari cara pembantaian yang dilakukan NU. Menyuruh para korban menggali parit lalu mereka disuruh berjejer di tepi parit dan kemudian satu per satu dibunuh, Sama seperti yang dilakukan Muhammad Arab buta huruf yang mengaku nabi pada waktu membantai sekitar 800 orang Yahudi di Yatrib lebih dari 1400 tahun yang lalu.

Jika NU berani mengakui bahwa pembataian secara sistematis terhadap anggota dan simpatisan PKI dimotivasi oleh Islam, sudah dengan sendirinya Islam harus dihapus dari Indonesia tetapi jika NU tidak mau sadar dan tidak mau mengakui bahwa KEDUNGUAN dan KEBIADABAN yang pernah terjadi dimotivasi oleh Islam kebenaran sejarah yang akan berbicara dan tidak ada jalan lain agar bangsa Indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik selain menghapus Islam dari Indonesia.

No comments:

Post a Comment