Sunday 6 January 2013

Parliament, KPK, ICW should support Minister of Home Affair Prevent Regional Budget robbed by Madrasah, the 69th day after Video The End of Islam



Today is 69th days after my Video titled The End of Islam disseminated, apparently none of the Indonesian Muslim leaders who deny or angry. Do not doubt let's continue spreading the video until Islam vanished from the earth. Consider the following developments.

MERDEKA.COM, East Java Governor Soekarwo, at State House Grahadi, Surabaya, East Java, on Wednesday (2/1) said, "Oppose provisions of Minister of Home Affair banning using the local budget to help madrasah. Since that provisions is against the 1945 Constitution and the Law on National Education System. The provisions is contrary to the statutory rules are higher. "

Soekarwo who is living in ignorance and barbarism Islamiyah does not understand that the government's job is to educate and develop the nation. The government's task is organizing schools to educate and develop the nation and should focus on public school. Even if should help private schools should schools that educate and build the nation.

We all understand that Madrasah not educate and build the nation instead fooled and uncivilised the nation, because that is taught is the Koran as book of Allah hu Barbar, but there is never a book from God. It is taught that Muhammad a Stupid Barbar  illiterate Arab as prophet, but prophet is only Jewish culture and no prophet of the Arabs.

Soekarwo said, "Whether there is provisions or not, the education assistance program continues to run in East Java. The program is a form of basic services that should be provided to citizens. Assistance programs that have been run since 2006, as a concrete step in advancing the Madrasah Diniyah and a priority program in the field of education. addition, for improving the quality of teachers, the East Java Provincial Government on October 8 last year, cooperate with the Chief Coordinator of Private Islamic University (PTAI) in 34 PTAI in East Java. This is to make the teacher getting education degree (S-1). Later, a thousand teachers in the Madrasah Diniyah be sent to university to get S-1 at 34 accredited PTAI in East Java. this year is the seventh generation of the program. Since 2006 East Java province government has been sending 6400 teachers. From total teachers sent to school, 2700 teacher have passed the S-1."

Furthermore Soekarwo said, "Until now we have not received the provisions. If it is true, that provisions is a discriminatory measures undertaken Minister to every citizen. Because every citizen is entitled to receive all types of services provided by the government, including Madrasah Diniyah."

Logical thinking of Soekarwo is upside down, even discriminatory is what he is doing  by providing regional budget to Madrasah. East Java people who need help is a LOT. Because of that the budget should be used selectively based on benefits and priorities. Improving the health services and housing services more useful and needed by the people of East Java.

With that statement Soekarwo challenging and opposing the Interior Minister which can be categorized as treason. Soekarwo not deserve to be governor and to the people of East Java East Java who want to look forward, it is recommended not to select Soekarwo in the upcoming gubernatorial election.

Chairman of the Regional Board of LP Ma'arif of NU East Java, Dr Muzakki, on December 27 said, "Who would receive the greatest impact of the policy of the Minister is NU. Because the majority of madrasah education institutions in the shade of NU Ma'arif Institutions." While urging the Central Board of Nahdlatul Ulama (NU) soon to be assertive and refuse enactment of provisions of Minister of Home Affair.

On the other hand Central Board of NU urge the people to boycott PAY TAXES. Apparently what is doing by NU is ROTTEN while in the center level provoking people do not pay tax in regional level robbing money from provincial goverment which also come from taxes.

Soekarwo said, "East Java provincial government has allocated Regional School Operational Assistance, with details of Rp 291 billion for education "ula dan wusto". Meanwhile, the total budget allocation for Madrasah Diniyah education of Rp 423 billion.

Money as much as 423 billion is very large and can be used to finance the needs of the people of East Java that is more beneficial to build the nation. If they were who living in ignorance and barbarism of Islam feel the need to finance Madrasah must come from donations of Islamic people, use zakat funds and not ALLOWED taking provincial government funds because there are funds of infidels in that budget.

Parliament must give support to the Ministry of Home Affair that regional budget are no longer robbed by the Madrasah and used to fooling and uncivilising the nation. Corruption Eradication Commission (KPK) and the Indonesia Corruption Watch (ICW) had to intervene, investigate funds used by Soekarwo to finance the Madrasah as a form of corruption of public money.


 ***

DPR, KPK, ICW harus dukung Mendagri Cegah APBD dirampok Madrasah, hari ke-69 setelah Vidio Akhir dari Islam

Hari ini adalah hari ke-69 setelah Vidio berjudul Akhir dari Islam saya sebarluaskan, ternyata tidak ada satu pun tokoh Islam Indonesia yang membantah atau marah. Ayo jangan ragu lagi terus sebarkan vidio tersebut sampai Islam hilang dari muka bumi. Perhatikan perkembangan berikut.

MERDEKA.COM, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (2/1) mengatakan, “Menentang imbauan Menteri Dalam Negeri yang melarang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dipakai untuk membantu madrasah. Karena imbauan itu bertentangan dengan UUD 1945 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Imbauan itu bertolak belakang dengan aturan perundang-undangan lebih tinggi.”

Soekarwo yang hidup dalam KEDUNGUAN dan KEBIADABAN Islamiyah tidak paham bahwa tugas pemerintah adalah mencerdaskan dan membangun bangsa. Tugas pemerintah adalah menyelenggarakan sekolah yang mencerdaskan dan membangun bangsa dan harus fokus pada sekolah negeri. Kalaupun perlu membantu sekolah swasta harus sekolah yang mencerdaskan dan membangun bangsa.

Kita semua paham Madrasah tidak mencerdaskan dan membangun bangsa malah MEDUNGUKAN dan MEMBIADABKAN bangsa, karena yang diajarkan adalah Alquran sebagai kitab Allah hu Barbar, padahal tidak pernah ada kitab dari Tuhan. Yang diajarkan adalah Muhammad Arab buta huruf yang DUNGU dan BIADAB adalah nabi padahal nabi hanya budaya Yahudi dan tidak ada nabi dari Arab.

Soekarwo mengatakan, "Ada atau tidak ada surat edaran itu, program bantuan pendidikan ini terus berjalan di Jawa Timur. Program ini merupakan sebuah bentuk pelayanan kebutuhan dasar yang harus diberikan kepada warga negara. Program bantuan itu sudah dijalankan sejak 2006, sebagai langkah konkret memajukan Madrasah Diniyah dan menjadi program prioritas utama di bidang pendidikan. Selain itu, buat meningkatkan kualitas pengajar, Pemprov Jawa Timur melakukan kerja sama dengan Ketua Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di 34 PTAI se-Jawa Timur pada 8 Oktober tahun lalu. Hal itu buat mendapatkan tingkat pendidikan pengajar setingkat Strata Satu (S-1). Nantinya, seribu guru di Madrasah Diniyah akan disekolahkan untuk menerima gelar S-1 di 34 PTAI se-Jatim yang telah terakreditasi. Tahun ini merupakan angkatan ke tujuh untuk pelaksanaan program tersebut. Sejak 2006, Pemprov Jatim telah menyekolahkan 6.400 guru. Dari total guru disekolahkan, 2.370 guru sudah lulus S-1."

Selanjutnya Soekarwo mengatakan, "Sampai saat ini kami belum menerima surat edaran itu. Jika Surat Edaran itu benar, Surat Edaran itu merupakan langkah diskriminatif yang dilakukan Mendagri kepada setiap warga negara. Sebab, setiap warga negara berhak menerima segala jenis pelayanan yang diberikan pemerintah, termasuk Madrasah Diniyah."

Logika berpikir Soekarwo sudah terbalik-balik karena yang diskriminatif malah apa yang dia lakukan dengan memberikan dana APBD  kepada Madrasah. Masyarakat Jawa Timur yang memerlukan bantuan sangat BANYAK. Karena itu APBD harus digunakan secara selektif berdasarkan manfaat dan prioritas. Memperbaiki palayanan kesehatan dan perumahan lebih bermanfaat dan lebih dibutuhkan oleh masyarakat Jawa Timur.

Dengan pernyataannya itu Soekarwo menantang dan menentang Menteri Dalam Negeri yang dapat dikatagorikan MAKAR. Soekarwo tidak pantas menjadi Gubernur dan kepada masyarakat Jawa Timur yang ingin melihat Jawa Timur maju, dianjurkan untuk tidak memilih Soekarwo pada pemilihan gubernur  yang akan datang.

Ketua Pengurus Wilayah LP Ma'arif NU Jawa Timur, Dr Muzakki, pada 27 Desember lalu mengatakan, "Yang akan menerima dampak terbesar dari kebijakan Mendagri adalah NU. Sebab mayoritas lembaga pendidikan madrasah ada di dalam naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU." Sambil mendesak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) segera bersikap tegas dan menolak diberlakukannya Surat Edaran Mendagri itu.

Padahal PBNU mengajak masyarakat MEMBOIKOT MEMBAYAR PAJAK. Ternyata apa yang dilakukan NU BUSUK, sementara di pusat memprovokasi masyarakat tidak membayar pajak, di daerah merampok uang APBD yang juga dari pajak. 

Soekarwo mengatakan, “Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah, dengan rincian Rp 291 miliar untuk jenjang pendidikan ula dan wusto. Sedangkan, total alokasi anggaran pendidikan untuk Madrasah Diniyah sebesar Rp 423 miliar.

Uang sebanyak 423 milyar sangat besar dan dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan masyarakat Jawa Timur yang lebih bermanfaat untuk membangun bangsa. Kalaupun mereka yang hidup dalam KEDUNGUAN dan KEBIADABAN Islam merasa perlu Madrasah harus dibiayai dari sumbangan orang-orang Islam, gunakan dana zakat dan tidak BOLEH mengambil  dana APBD karena di APBD ada dana orang-orang kafir.

DPR harus segera memberi dukungan kepada Menteri Dalam Negeri agar dana APBD tidak lagi dirampok oleh Madrasah dan digunkan untuk MENDUNGUKAN dan MEMBIADABKAN bangsa. KPK dan ICW harus turun tangan, mengusut dana yang digunakan Soekarwo untuk membiayai Madrasah sebagai bentuk penyalanggunaan uang rakyat.

No comments:

Post a Comment