Thursday 28 February 2013

Compared to Detachment-88 better Muhammadiyah to be dissolved and Din S. expelled to the Arab, the 126th day after Video The End of Islam


Today is 126th days after my Video titled The End of Islam disseminated, apparently none of the Indonesian Muslim leaders who deny or angry. Do not doubt let's continue spreading the video until Islam vanished from the earth. Consider the following developments.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - A number of leaders of Islamic organizations came to Police Headquarters, to discuss the findings of the video violence against the perpetrators of terrorism. Vice Chairman of the Daily Board of Directors of  Indonesian Ulema Council (MUI) Din Shamsuddin said, in combating terrorism, Detachment 88 Anti-terror police not to violate human rights and touching emblems and religious symbols. "If this happens, it will be counterproductive. Majority of Muslims who strongly oppose terrorism will also be touched. Similarly, among the clergy clerics, preachers, and so forth," said Din at Police Headquarters, South Jakarta, Thursday (02/28/2013) .

Din explained, the video lasted about five minutes, describing the torture of suspected terrorists incredible. Terrorist suspects tied legs and arms, then shot and trampled. General Chairman of Muhammadiyah also heard words of religious nuances. "You are going to die (say) istigfar," said Din mimicking the words in the video, which came out of the mouth of the police.

Why Din Syamsuddin angry there is Islamic terrorists arrested by Detachment 88, consider the following news, published on the same day:

Masihudin Ahmad, 25 years old, with some friends who also Ahmadiyah followers, has just arrived in Cikeusik at 8:30 am, February 6, 2011. He was resting, when a half hour later around thousands of Islamist militants attacked them. "I left the garden, and was arrested there. The back of my head slashed and my shoulder stabbed. I was stripped to the rest of the underwear. They then dragged me, poking my eyes with bamboo, and beat again until the police came. When there were screaming 'He's dead, he's dead,' I then evacuated to a police car, "said Ahmad at the launch Human Rights Watch research report titled" In the Name of Religion: Violation of Religious Minorities in Indonesia "in Jakarta, Thursday (28/02).

From the news we can see that Din Syamsuddin and his friends live in ignorance and barbarism of Islam so that their logic of thinking upside down, could not see that Islam's treatment of Ahamdiyah extremely brutal and violate human rights and for that savagery Din Syamsuddin and his colleagues keep SILENCE . Read further news of meeting between Din with Chief of police.

Din with other religious figures from Persis, Muhammadiyah, Da'wah Council, and others, suggested to review, repositioning, or reform of institutions Detachment 88 Anti-terror police. "We agreed Detachment 88 should be evaluated, if necessary, be dissolved. Replaced with institutions using new approaches together to combat terrorism. Due to terrorism are common enemy," said Din.

The news was wrong because Persis, Muhammadiyah, Da'wah Council, and other Islamic organizations, not RELIGIOUS LEADERS but leaders of false teaching called ISLAM.

Proposed by Din Syamsuddin to dissolve Detachment 88 unreasonable and this is betrayal to the nation. Not necessarily vidio submitted by Din is TRUE, it maybe just a trick Din Syamsuddin and if true may only action of an individual which must be straightened.

Services of Detachment 88 for the nation and state of Indonesia is very clear namely protect people from the actions of Islamic terrorists. We do not want more Bali bombings, do not want more Ausstralia embassy bombing, therefore proposes Detachment 88 dissolved for the sake of safety of terrorism should be seen as an effort to destroy Indonesia.

Furthermore must be questioned, what is the benefit of Muhammadiyah in Indonesia? The answer is: NO, the presence of Muhammadiyah only benefit Saudi Arabia, where for Indonesia Muhammadiyah is just PARASITES that harm the nation and the State. It is time we dare to say better Muhammadiyah dissolved and Din Syamsuddin expelled to Saudi Arabia instead of continuing to undermine the state and nation.

 
 Penghianat bangsa - Traitors of the nation
***

Dibanding Densus-88 lebih baik Muhammadiyah yang dibubarkan dan Din S. diusir ke Arab, hari ke-126 setelah Vidio Akhir dari Islam

Hari ini adalah hari ke-126 setelah Vidio berjudul Akhir dari Islam saya sebarluaskan, ternyata tidak ada satu pun tokoh Islam Indonesia yang membantah atau marah. Ayo jangan ragu lagi terus sebarkan vidio tersebut sampai Islam hilang dari muka bumi. Perhatikan perkembangan berikut.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah tokoh dari berbagai organisasi Islam mendatangi Mabes Polri, untuk berdiskusi tentang temuan video kekerasan yang dialami para pelaku terorisme. Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan, dalam pemberantasan terorisme, Densus 88 Antiteror Polri jangan melanggar HAM dan menyentuh lambang-lambang serta simbol-simbol agama. "Kalau ini terjadi, justru akan kontraproduktif. Umat Islam yang mayoritas sangat menentang terorisme juga akan tersentuh hatinya. Begitu pula kalangan ulama kyai, mubalig, dan sebagainya," kata Din di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2013).

Din menjelaskan, video yang berdurasi sekitar lima menit, menggambarkan penyiksaan terhadap tersangka teroris yang sangat luar biasa. Tersangka teroris diikat kaki dan tangan, kemudian ditembak serta diinjak-injak. Ketua Umum PP Muhammadiyah pun mendengar ada ucapan bernuansa keagamaan. "Anda kan mau mati (ucapkan) istigfar lah," ucap Din menirukan kata-kata dalam video, yang terlontar dari mulut polisi.

Mengapa Din Syamsuddin marah ada teroris Islam yang ditangkap Densus 88, perhatikan berita berikut yang dipublikasikan pada hari yang sama:

Ahmad Masihudin, 25 tahun, bersama beberapa temannya yang juga jemaat Ahmadiyah, baru saja tiba di Cikeusik pukul 8.30 pagi, 6 Februari 2011. Ia sedang beristirahat, ketika satu setengah jam kemudian sekitar ribuan militan Islamis menyerang mereka. “Saya lari kebun, lalu ditangkap di sana. Kepala belakang saya ditebas dan bahu saya ditusuk. Saya ditelanjangi hingga sisa celana dalam. Mereka lalu menyeret saya, menusuk mata saya dengan bambu, dan dipukuli lagi hingga seorang polisi datang. Ketika ada yang teriak ‘Dia sudah mati, dia sudah mati,’ saya lalu dievakuasi ke mobil polisi,” kata Ahmad dalam peluncuran laporan riset Human Rights Watch berjudul “Atas Nama Agama: Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia,” di Jakarta, Kamis (28/02).

Dari berita tersebut kita dapat melihat bahwa Din Syamsuddin dan teman-temannya hidup dalam KEDUNGUAN dan KEBIADABAN Islam sehingga logika berfikirnya terbalik-balik, tidak melihat bahwa perlakuan Islam terhadap Ahamdiyah SANGAT BIADAB dan mmelanggar HAM dan atas KEBIADABAN itu Din Syamsuddin dan rekan-rekannya DIAM. Perhatikan berita lebih lanjut pertemuan Din dengan Kapori.

Din bersama tokoh agama lainnya yang berasal dari Persis, Muhammadiyah, Dewan Dakwah, dan lainnya, mengusulkan supaya ada semacam peninjauan kembali, reposisi, atau reformasi tentang lembaga Densus 88 Antiteror Polri. "Kami sepakat Densus 88 harus dievaluasi, bila perlu dibubarkan. Diganti lembaga dengan menggunakan pendekatan baru bersama-sama untuk memberantas terorisme. Karena, terorisme musuh bersama," tutur Din.

Berita itu salah karena Persis, Muhammadiyah, Dewan Dakwah, dan ormas Islam lainnya, bukan TOKOH AGAMA tetapi pemuka Ajaran Sesat yang disebut ISLAM.

Usulan Din Syamsuddin membubarkan Densus 88 KETERLALUAN dan ini PENGHIANATAN terhadap bangsa dan negara. Belum tentu vidio yang diserahkan oleh Din BENAR, jangan-jangan hanya akal-akalan Din Syamsuddin dan kalaupun benar mungkin hanya ulah oknum yang tentu harus diluruskan.

Jasa Densus 88 bagi bangsa dan negara Indonesia  sangat jelas yaitu melindungi rakyat dari aksi teroris Islam. Kita tidak mau ada lagi Bom Bali, tidak mau ada lagi Bom Kedutaan Besar Ausstralia, karena itu mengusulkan Densus 88 dibubarkan demi keselamatan teroris harus dilihat sebagai upaya menghancurkan Indonesia.

Lebih jauh harus dipertanyakan, apa manfaat Muhammadiyah bagi Indonesia? Jawabnya : TIDAK ADA, keberadaan Muhammadiyah hanya menguntungkan Arab Saudi, keberadaan Muhammadiyah bagi bangsa Indonesia hanya PARASIT yang merugikan bangsa dan Negara. Sudah saatnya kita berani mengatakan lebih baik Muhammadiyah yang DIBUBARKAN dan Din Syamsuddin diusir ke Arab Saudi daripada terus merongrong  bangsa dan negara.

No comments:

Post a Comment