Thursday 15 November 2012

The screams of Din Syamsuddin accompany the sinking of Islam, the 14th day after Video The End of Islam


Today is 14th days after my Video titled The End of Islam disseminated, apparently none of the Indonesian Muslim leaders who deny or angry. Do not doubt let's continue spreading the video until Islam vanished from the earth. Consider the following developments.

Tuesday (13/11/2012) The Constitutional Court (MK) led by Mahfud MD (let's call it member of NU) granted the Judicial Review of the existence of BP Migas (Management Agency of Oil and Gas) and BP Migas declared unconstitutional so that BP Migas to be dissolved and the subsequent management of oil and gas were transferred to government. The Court's decision AMAZING, why? Notice who filed a Judicial Review.

Judicial Reviem of Oil and Gas Law filed by 30 figures and 12 organizations among others Muhammadiyah representated by Din Syamsuddin, Hizb ut-Tahrir Indonesia Lajnah Siyasiyah, PP Unity of Islam, Islam Indonesia Syarikat PP, PP Al-Ershad Al-Islamiyah, the Indonesian Muslim Brotherhood PP, Solidarity spokesman parking, merchants Street Markets, Entrepreneurs and Employees (SOJUPEK), and the Indonesian Muslim students Action Unit. While the figures such as Hasyim Muzadi, Komaruddin Hidayat, Marwan Batubara, Fahmi Idris, Salahuddin Wahid, Laode Ida, Hendri Yosodiningrat, and AM Fatwa.

Easily seen Muhammadiyah in collaboration with NU (call it Islam) successfully disperse BP Migas that made the government worried and disturbed because of the role of oil and gas in Indonesia's economy is huge. Are steps taken by Muhammadiyah in collaboration with NU is a step that benefits for Indoneisia progress, please follow the following opinion from a professor who is also Muslim.

Professor of Legal Studies from University of Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana said MK decision unfortunate. MK can be likened had burned the barn, and not the rat, when BP Migas considers inefficient and open up opportunities for abuse of power. Secondly, in Indonesia today many institutions are inefficient and whether based inefficiencies and the potential for abuse of power existing institutions necessarily considered unconstitutional. The third reason for MK considers BP Migas as an institution that is completely separate from the state. If so then the state company is also unconstitutional.

Is the government was shaken after Din Syamsudin and his Muslim friends managed to disperse BP Mugas? Not at all, Indonesia Civilization has been developed, it is not easily undermined by Din Syamsudin and his Muslim friends. Only by issuing some decisions the problems of BP Migas can be solved by the government. Then what is the real purpose of Din Syamsudin and his Muslim friends?

Obviously his intention is evil and intent to overthrow the government? Why Din Syamsudin intended to overthrow the government, because he aware Islam will soon be sink engulfed by the progress of Indonesia civilization. In a panic Islam will sink, Din Syamsudin with his Muslim friends in desperation doing anything to undermine the government.

If Din Syamsudin and his Muslim friends, wants to make the state more efficient, laws that must be tested to MK is the law of Hajj because clearly contrary to the Constitution, tour of Hajj must be organized by private company. If Din Syamsudin objects to the foreign role, as an Islamic institution what should he do is to reduce dependence on Saudi Arabia and Din Syamsudin can build the Kabah in Aceh Indonesia so people who want to make hajj travel can go the porch Mecca (Aceh). The savings can be huge for sure.

More act done by NU and Muhammadiyah in a panic facing the sinking of Islam, Islam will sooner perish from Indonesia.


***

Jeritan Din Syamsuddin mengiringi tenggelamnya Islam, hari ke-14 setelah Vidio Akhir dari Islam

Hari ini adalah hari ke-14 setelah Vidio berjudul Akhir dari Islam saya sebarluaskan, ternyata tidak ada satu pun tokoh Islam Indonesia yang membantah atau marah. Ayo jangan ragu lagi terus sebarkan vidio tersebut sampai Islam hilang dari muka bumi. Perhatikan perkembangan berikut.

Selasa (13/11/2012) Mahkamah Konstitusi (MK) yang dipimpin oleh Mahfud MD (sebut saja orang NU) mengabulkan Judicial Review tentang keberadaan BP Migas dan menyatakan BP Migas tidak konstitusional sehingga BP Migas harus dibubarkan dan selanjutnya pengelolaan minyak dan gas dialihkan kepada pemerintah. Keputusan MK ini LUAR BIASA, mengapa? Perhatikan yang mengajukan Judicial Review.

Pengujian UU Migas diajukan 30 tokoh dan 12 ormas diantaranya PP Muhammadiyah yang diwakili Din Syamsuddin, Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Indonesia, PP Persatuan Umat Islam, PP Syarikat Islam Indonesia, PP Al-Irsyad Al-Islamiyah, PP Persaudaraan Muslim Indonesia, Solidaritas Juru Parkir, Pedagang Kaki Lima, Pengusaha dan Karyawan (SOJUPEK), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Sementara tokohnya antara lain Hasyim Muzadi, Komaruddin Hidayat, Marwan Batubara, Fahmi Idris, Salahuddin Wahid, Laode Ida, Hendri Yosodiningrat, dan AM Fatwa.

Mudah dilihat Muhammadiyah bekerjasama dengan NU (sebut saja Islam) berhasil membubarkan BP Migas yang tentu membuat pemerintah kuatir dan terganggu karena peranan Migas dalam perekonomian Indonesia sangat besar. Apakah langkah yang diambil Muhammadiyah bekerjasama dengan NU merupakan langkah yang bermanfaat bagi kemajuan Indoneisia, ikuti pendapat berikut dari seorang guru besar yang juga Muslim.

Guru Besar Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana mengatakan keputusan MK patut disayangkan. Pertama MK bisa diibaratkan telah membakar lumbung, dan bukan tikus, ketika menganggap BP Migas inefisien dan membuka peluang penyalahgunaan kekuasaan. Kedua, di Indonesia saat ini banyak lembaga yang tidak efisien dan apakah berdasarkan inefisiensi dan potensi penyalahgunaan kekuasaan tersebut lembaga yang ada serta merta dianggap tidak konstitusional. Alasan ketiga karena MK menganggap BP Migas sebagai suatu lembaga yang benar-benar terpisah dari negara.  Kalau memang demikian maka BUMN juga tidak konstitusional.

Apakah Pemerintah menjadi goyah setelah Din Syamsudin dan kawan-kawan Islamnya berhasil membubarkan BP Mugas? Sama sekali tidak, peradaban Indonesia sudah maju, tidak mudah dirongrong oleh Din Syamsudin dan kawan-kawan Islamnya. Hanya dengan mengeluarkan beberapa keputusan masalah BP Migas sudah dapat diatasi oleh pemerintah. Lalu apa sesungguhnya maksud Din Syamsudin dan kawan-kawan Islamnya?

Jelas niatnya jahat dan maksudnya menggulingkan pemerintah. Mengapa Din Syamsudin bermaksud menggulingkan pemerintah? Karena sadar Islam akan segera tenggelam ditelan kemajuan  peradaban Indonesia dan dalam kepanikan Islam akan tenggelam, Din Syamsudin bersama rekan-rekan Islamnya kalap melakukan apa saja yang dapat mengoyahkan pemerintah.

Jika Din Syamsudin beserta kawan-kawan Islammya, ingin membuat negara lebih efisien,  UU yang harus diuji ke MK adalah UU Haji karena jelas bertentangan dengan UUD, seharusnya wisata haji diselenggarakan oleh swasta. Jika Din Syamsudin keberatan dengan peranan asing, sebagai lembaga Islam seharusnya yang dilakukan adalah mengurangi ketergantungan pada Arab Saudi dan Din Syamsudin dapat membuat Kabah di Aceh sehingga orang Indonesia yang ingin wisata haji cukup ke serambi Mekah. Penghematan yang didapat pasti sangat besar.

Semakin banyak ulah yang dilakukan NU dan Muhammadiyah dalam kepanikan menghadapi tenggelamnya Islam akan semakin cepat Islam musnah dari Indonesia.


No comments:

Post a Comment