Tanggal 30 Desember 2013
Istri saya senang membaca buku Chicken Soup. Satu hari dia cerita, ada seorang janda kaya, didatangi tetangganya, anak gadis yang diketahuinya dari keluarga miskin. Gadis itu diterima dengan ramah yang ternyata menjual proluk MLM. Dengan antusias janda itu, katakan namanya Ibu Tari mendengarkan penjelasan dari gadis itu, namanya kita sebut saja Sri. Setelah becakap-cakap panjang lebar, Ibu Tari mengatakan, "Saya ambil ini, ini, dan itu," lalu dia membuka dompetnya, semua dibayar tunai. Sri tentu saja gembira, jualan pertamanya diborong oleh Tante Tari.Tanggal 31 Desember 2013
***
Tanggal 1 Januari 2014
***
Tanggal 2 Januari 2014
***
Tanggal 3 Januari 2014
***
Tanggal 4 Januari 2014
***
Tanggal 5 Januari 2014
***
Tanggal 6 Januari 2014
***
Tanggal 7 Januari 2014
***
Tanggal 8 Januari 2014
***
Tanggal 9 Januari 2014
Sebagai pejabat kereta api saya pernah dikirim ke Korea
Selatan menjadi pengawas pembelian Gerbong Barang. Saya didampingi seorang
pejabat dari instansi lain, ditempatkan di Hotel di dekat Pabrik di dua kamar
yang berdampingan. Setelah jamuan makan malam, kami pulang ke Hotel dan tak lama
kemudian pintu kamar saya diketok orang. Ketika saya buka berdiri di hadapan
saya seorang wanita cantik dan agar tidak ada banyak omong di luar kamar hotel
saya persilahkan dia masuk lalu saya katakan, “Saya tak mau . . . . . .dengan
kamu.” Dia mengatakan kehadirannya diutus untuk melayani saya, sekali saja
cukup,“ katanya. Saya tetap menolak dan saya katakan, “Kamu boleh tidur di sini
dan besok pagi kamu pulang dan jangan cerita apa-apa.” Dia minta ijin mandi lalu
meninggalkan kamar saya.
Setelah pensiun saya membaca buku Sukarno yang
menceritakan pengalamannya bersama Sri Utari dan Inggit Garnasih. Sebenarnya Bung
Karno menganggap Sri Utari adiknya sendiri tetapi setelah istri Pak Cokro
meninggal, keluarga Pak Cokro meminta Bung Karno mengawini Sri Utari. Akhirnya
dengan berat hati Bung Karno memenuhi permintaan itu karena merasa berhutang
budi kepada keluarga Pak Cokro. Waktu berangkat ke Bandung, Sri Utari ditinggal
di Surabaya dan setelah mendapat tempat mondok di rumah Inggit Garnasih, Sri
Utari datang menyusul. Oleh Inggit, Bung Karno dan Sri Utari ditempakan di
kamar depan. Beberapa bulan kemudian Bung Karno memberanikan diri memulangkan
Sri Utari ke ayahnya di Surabaya dan dengan baik-baik mengatakan kepada Pak Cokro
bahwa perkawainannya tidak bisa dilanjutkan. Pak Cokro tidak marah lalu Bung
Karno kembali ke Bandung dan karena banyak tugas dari kampus, Bung Karno sering
belajar hingga larut malam. Di rumah itu Bung Karno hanya berdua dengan Inggit
karena suami Inggit sering pulang malam menghabiskan waktunya di tempat-tempat
bilyar. Dari mulai ditemani minum kopi, bercanda, sampai akhirnya melakukan
perbuatan terlarang. Bung Karno merasa beranggunjawab lalu melapor kepada Haji
Sanusi mengatakan telah terjadi KECELAKAAN. Suami Inggit itu tak marah dan
bersedia menceraikan Inggit lalu Inggit menjadi istri Bung Karno.
Bung Karno mengatakan tidak pernah melakukan
hubungan seks dengan Sri Utari walaupun tidur dalam satu kamar, bahkan waktu
Sri Utari sakit Bung Karno yang merawatnya dengan memijat-mijat tubuh Utari.
Banyak orang tak percaya apa yang dikatakan oleh Bung Karn tetapi saya YAKIN
Bung Karno jujur karena mempunyai SPIRITUALITAS yang tinggi yang dapat membedakan
nafsu seksual dan tanggung jawab moral. Buktinya sangat jelas, setelah menikah
dengan laki-laki lain Sri Utari mempunyai anak. Demikian juga dengan Bung Karno
yang mendapat anak dari Fatmawati.
Saya melihat waktu itu Bung Karno mempunyai pandangan
yang luhur tentang wanita karena belum mempunyai harta dan tahta namun ternyata
jatuh ke pangkuan wanita yang lebih berpengalaman. Setelah mempunyai tahta dan
harta Bung Karno kehilangan kendali lalu memiliki banyak wanita.
Setelah Bung Karno, Indonesia masih mengalami
mempunyai Wakil Presiden yang mempunyai empat istri resmi tetapi setelah itu
Indonesia meninggalkan jaman JAHIIYAH, yaitu jaman jahil kepada perempuan. Sekarang
jangankan mempunyai istri lebih dari satu, ada foto dengan perempuan lain yang
bukan istrinya, pejabat negara sudah akan didepak dari tahtanya, bahkan
masyarakat sudah tak mau menerima lagi Guru Spiritual yang melakukan pelecahan
seksual. Apakah pelecehan itu terjadi atau tidak yang kita jadikan pegangan hakim
memutuskan orang itu dihukum.
Tetapi tidak berarti orang yang mempunyai tahta dan
harta tidak boleh mengikuti jalan Spiritual, tentu boleh dan salah satu ukuran yang
penting adalah tahta dan harta itu tidak boleh digunakan untuk memelihara banyak
wanita dengan alasan apa pun.
Salam Satu Tuhan Untuk Semua Orang
***
Tanggal 10 Januari 2014
***
Tanggal 11 Januari 2014
Saya dan keluarga tinggal di daerah yang dihuni mayoritas Muslim tetapi
hanya ada dua keluarga yang mengatakan kami kafir. Ucapan mereka
terdengar sampai ke telinga kami karena anak-anak mereka sering
mengucapkan kata “Tidak Bertuah” itu ke anak saya, tapi saya selalu
mengatakan ke anak-anak, “Biarkan saja tak perlu ditanggapi.” Dua
keluarga ini kadang-kandang menyelenggarakan pengajian menggunakan
pengeras seuara yang memekakkan telinga, rupanya ingin menunjukkan bahwa
merekalah yang sudah mendapat tempat di surga.
Sebenarnya tempat di mana kami tinggal masih ada di dalam kota, tetapi
tidak terjangkau pelayanan air PAM sehingga semuanya memanfaatkan sumur
pompa yang menyediakan banyak air di musim hujan tetapi sedikit air di
musim kemarau.Di satu musim kemarau air di rumah kami masih cukup
tersedia tetapi di satu tetangga yang sangat Muslim itu sudah tidak
dapat dipompa lagi. Karena merasa sama-sama ahli surga, tetangga itu
datang ke tatangganya yang sering melakukan pengajian bersama untuk
minta air. Dia terkejut dijawab oleh tetangganya itu, “Tidak bisa, bayar
listriknya mahal.” Penolakan itu sampai juga ke telinga kami, lalu dia
datang mengetuk pintu rumah kami dan seperti biasa, setiap tetangga yang
datang meminta bantuan sebisa mungkin kami bantu dan kepada tetangga
itu kami katakan, “Silahkan.” Lalu selang dari rumahnya dimasukkan ke
salah satu keran di rumah kami. Kekeringain itu berjalan hampir dua
bulan. Sesudahnya tetangga itu selalu mengatakan, “Kami sudah dibantu
oleh kafir.”
Kami tidak pernah mengatakan bahwa air di rumah
kami tetap tersedia di musim kemarau karena kami orang yang beriman dan
kepada tetangga yang kehabisan air, kami tidak pernah kami mengatakan
karena mereka dikutuk Tuhan, karena masalah air di bawah tanah hanyalah
masalah alam. Tetapi yang dapat kami bicarakan di dalam rumah kami,
Tuhan memberikan kasih yang sama baik kepada yang orang beragama maupun
yang tidak beragama, baik kepada orang yang bertuhan maupun yang mengaku
tidak bertuhan.
Salam Satu Tuhan Untuk Semua Orang
***
Tanggal 12 Januari 2014
Karena ada penawaran wisata lumayan murah, saya bersama keluarga ikut
dalam rombongan tur ke Thailand selama hari 3 malam. Tidak taunya di
dalam rombongan juga ada keluarga orang kaya di Bandung yang saya kenal
sebagai kakak kelas saya di ITB. Salah satu yang kami kunjungi adalah
Kuil Buddha. Melihat ada antrian orang-orang yang ingin diberkati dengan
air suci, saya bersama istri dan anak-anak ikut dalam antrian. Bagitu
masuk di dalam antrian, tangan saya ditarik oleh teman yang
orang kaya itu, katanya, “Jangan mau, itu musyrik,” saya hanya
tersenyum dan tetap berada di dalam antrian. Kepada anak-anak saya
katakan, “Tuhan satu untuk semua orang dan Tuhan tidak mengatur
bagaimana cara menyembah Tuhan yang paling BENAR, jadi ada orang yang
bisa mendoakan kita, ya kita ikuti saja.”
Selama di Bangkok
kita tinggal di Hotel bintang 3 dan sebelum berangkat, pagi-pagi
disediakan sarapan parasmanan. Saya tahu ada aturan yang dikeluarkan
oleh manajeman Hotel bahwa makanan yang disediakan hanya untuk dimakan
di tempat, artinya tidak BOLEH dibawa keluar ruangan Setelah sarapan
istri saya berbisik, “Lihat tuh istrinya orang kaya, tasnya dipenuhi
roti dan kue.” Saya katakan kepada anak-anak, “Kita sebagai sesama
manusia dengan pengelola hotel harus menghormati aturan yang mereka
keluarkan selama kita berada di tempat kekuasaan mereka.”
Tidak jarang saudara saya yang Muslim dalang ke rumah kami dan pada
waktu tertentu mereka mengatakan, “Boleh pinjam karmar untuk menjalankan
kewajiban kepada Tuhan?” Ya, tentu saya jawab, “Silahkan.” Di dalam
hati saya, orang-orang yang begitu takut kepada Tuhan akan menjalankan
kewajiban kepada Tuhan tanpa memperhatikan situasi di mana saat itu dia
berada, yang penting tugas dari Tuhan diselesaikan, tetapi SEBAIKNYA
mereka dengan mudah melanggar aturan yang dibuat oleh manusia (kata
mereka). Aturan pemerintah tidak boleh korupsi pun dengan mudah
dilanggar walau tidak sekali pun mereka berani melanggar aturan dari
Tuhan. Aturan dari hotel tidak boleh membawa makanan keluar ruangan pun
dengan mudah dilanggar walau tidak berani melanggar aturan Tuhan tidak
boleh menyembah Tuhan yang SALAH.
Saya sering katakan kepada
anak-anak, buang semua aturan dan kosongkan diri, lalu mulailah membuat
aturan DIRI sendiri yang sesuai dengan kepentingan DIRI sendiri. Tetapi
aturan DIRI itu tidak boleh melanggar kepentingan manusia lain, tidak
boleh melanggar aturan Pak RT selama kita tinggal di bawah naungan Pak
RT, tidak boleh melanggar aturan pemerintah selama kita menjadi warga
negara, dan tidak boleh melanggar aturan manusia lain selama kita berada
di wilayah kekuasaan orang lain. Aturan dari Tuhan yang mmnyebabkan
kita melanggar kepentingan orang lain, harus DIBUANG.
Salam Satu Tuhan Untuk Semua Orang
***