Today is 126th days after my Video titled The End of Islam disseminated, apparently none of the Indonesian Muslim leaders who deny or angry. Do not doubt let's continue spreading the video until Islam vanished from the earth. Consider the following developments.
TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA - A number of leaders of Islamic organizations came to Police
Headquarters, to discuss the findings of the video violence against the perpetrators
of terrorism. Vice Chairman of the Daily Board of Directors of Indonesian Ulema Council (MUI) Din Shamsuddin
said, in combating terrorism, Detachment 88 Anti-terror police not to violate
human rights and touching emblems and religious symbols. "If this happens,
it will be counterproductive. Majority of Muslims who strongly oppose terrorism
will also be touched. Similarly, among the clergy clerics, preachers, and so
forth," said Din at Police Headquarters, South Jakarta, Thursday
(02/28/2013) .
Din
explained, the video lasted about five minutes, describing the torture of
suspected terrorists incredible. Terrorist suspects tied legs and arms, then
shot and trampled. General Chairman of Muhammadiyah also heard words of
religious nuances. "You are going to die (say) istigfar," said Din
mimicking the words in the video, which came out of the mouth of the police.
Why
Din Syamsuddin angry there is Islamic terrorists arrested by Detachment 88,
consider the following news, published on the same day:
Masihudin
Ahmad, 25 years old, with some friends who also Ahmadiyah followers, has just
arrived in Cikeusik at 8:30 am, February 6, 2011. He was resting, when a half
hour later around thousands of Islamist militants attacked them. "I left
the garden, and was arrested there. The back of my head slashed and my shoulder
stabbed. I was stripped to the rest of the underwear. They then dragged me,
poking my eyes with bamboo, and beat again until the police came. When there
were screaming 'He's dead, he's dead,' I then evacuated to a police car,
"said Ahmad at the launch Human Rights Watch research report titled"
In the Name of Religion: Violation of Religious Minorities in Indonesia
"in Jakarta, Thursday (28/02).
From
the news we can see that Din Syamsuddin and his friends live in ignorance and
barbarism of Islam so that their logic of thinking upside down, could not see
that Islam's treatment of Ahamdiyah extremely brutal and violate human rights
and for that savagery Din Syamsuddin and his colleagues keep SILENCE . Read further
news of meeting between Din with Chief of police.
Din
with other religious figures from Persis, Muhammadiyah, Da'wah Council, and
others, suggested to review, repositioning, or reform of institutions
Detachment 88 Anti-terror police. "We agreed Detachment 88 should be
evaluated, if necessary, be dissolved. Replaced with institutions using new
approaches together to combat terrorism. Due to terrorism are common
enemy," said Din.
The
news was wrong because Persis, Muhammadiyah, Da'wah Council, and other Islamic
organizations, not RELIGIOUS LEADERS but leaders of false teaching called
ISLAM.
Proposed
by Din Syamsuddin to dissolve Detachment 88 unreasonable and this is betrayal
to the nation. Not necessarily vidio submitted by Din is TRUE, it maybe just a
trick Din Syamsuddin and if true may only action of an individual which must be
straightened.
Services
of Detachment 88 for the nation and state of Indonesia is very clear namely
protect people from the actions of Islamic terrorists. We do not want more Bali
bombings, do not want more Ausstralia embassy bombing, therefore proposes
Detachment 88 dissolved for the sake of safety of terrorism should be seen as
an effort to destroy Indonesia.
Furthermore
must be questioned, what is the benefit of Muhammadiyah in Indonesia? The
answer is: NO, the presence of Muhammadiyah only benefit Saudi Arabia, where
for Indonesia Muhammadiyah is just PARASITES that harm the nation and the
State. It is time we dare to say better Muhammadiyah dissolved and Din
Syamsuddin expelled to Saudi Arabia instead of continuing to undermine the
state and nation.
Penghianat bangsa - Traitors of the nation
***
Dibanding
Densus-88 lebih baik Muhammadiyah yang dibubarkan dan Din S. diusir ke Arab, hari ke-126 setelah Vidio Akhir dari Islam
Hari ini adalah hari ke-126 setelah Vidio berjudul Akhir dari Islam saya sebarluaskan, ternyata
tidak ada satu pun tokoh Islam Indonesia yang membantah atau marah. Ayo jangan
ragu lagi terus sebarkan vidio tersebut sampai Islam hilang dari muka bumi.
Perhatikan perkembangan berikut.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah tokoh
dari berbagai organisasi Islam mendatangi Mabes Polri, untuk berdiskusi tentang
temuan video kekerasan yang dialami para pelaku terorisme. Wakil Ketua Umum
Dewan Pimpinan Harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan,
dalam pemberantasan terorisme, Densus 88 Antiteror Polri jangan melanggar HAM
dan menyentuh lambang-lambang serta simbol-simbol agama. "Kalau ini
terjadi, justru akan kontraproduktif. Umat Islam yang mayoritas sangat
menentang terorisme juga akan tersentuh hatinya. Begitu pula kalangan ulama
kyai, mubalig, dan sebagainya," kata Din di Mabes Polri, Jakarta Selatan,
Kamis (28/2/2013).
Din
menjelaskan, video yang berdurasi sekitar lima menit, menggambarkan penyiksaan
terhadap tersangka teroris yang sangat luar biasa. Tersangka teroris diikat
kaki dan tangan, kemudian ditembak serta diinjak-injak. Ketua Umum PP
Muhammadiyah pun mendengar ada ucapan bernuansa keagamaan. "Anda kan mau
mati (ucapkan) istigfar lah," ucap Din menirukan kata-kata dalam video,
yang terlontar dari mulut polisi.
Mengapa
Din Syamsuddin marah ada teroris Islam yang ditangkap Densus 88, perhatikan berita
berikut yang dipublikasikan pada hari yang sama:
Ahmad
Masihudin, 25 tahun, bersama beberapa temannya yang juga jemaat Ahmadiyah, baru
saja tiba di Cikeusik pukul 8.30 pagi, 6 Februari 2011. Ia sedang beristirahat,
ketika satu setengah jam kemudian sekitar ribuan militan Islamis menyerang
mereka. “Saya lari kebun, lalu ditangkap di sana. Kepala belakang saya ditebas
dan bahu saya ditusuk. Saya ditelanjangi hingga sisa celana dalam. Mereka lalu
menyeret saya, menusuk mata saya dengan bambu, dan dipukuli lagi hingga seorang
polisi datang. Ketika ada yang teriak ‘Dia sudah mati, dia sudah mati,’ saya
lalu dievakuasi ke mobil polisi,” kata Ahmad dalam peluncuran laporan riset
Human Rights Watch berjudul “Atas Nama Agama:
Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia,” di Jakarta, Kamis (28/02).
Dari
berita tersebut kita dapat melihat bahwa Din Syamsuddin dan teman-temannya hidup
dalam KEDUNGUAN dan KEBIADABAN Islam sehingga logika berfikirnya
terbalik-balik, tidak melihat bahwa perlakuan Islam terhadap Ahamdiyah SANGAT
BIADAB dan mmelanggar HAM dan atas KEBIADABAN itu Din Syamsuddin dan
rekan-rekannya DIAM. Perhatikan berita lebih lanjut pertemuan Din dengan Kapori.
Din
bersama tokoh agama lainnya yang berasal dari Persis, Muhammadiyah, Dewan
Dakwah, dan lainnya, mengusulkan supaya ada semacam peninjauan kembali,
reposisi, atau reformasi tentang lembaga Densus 88 Antiteror Polri. "Kami
sepakat Densus 88 harus dievaluasi, bila perlu dibubarkan. Diganti lembaga
dengan menggunakan pendekatan baru bersama-sama untuk memberantas terorisme.
Karena, terorisme musuh bersama," tutur Din.
Berita
itu salah karena Persis, Muhammadiyah, Dewan Dakwah, dan ormas Islam lainnya,
bukan TOKOH AGAMA tetapi pemuka Ajaran Sesat yang disebut ISLAM.
Usulan
Din Syamsuddin membubarkan Densus 88 KETERLALUAN dan ini PENGHIANATAN terhadap
bangsa dan negara. Belum tentu vidio yang diserahkan oleh Din BENAR,
jangan-jangan hanya akal-akalan Din Syamsuddin dan kalaupun benar mungkin hanya
ulah oknum yang tentu harus diluruskan.
Jasa
Densus 88 bagi bangsa dan negara Indonesia
sangat jelas yaitu melindungi rakyat dari aksi teroris Islam. Kita tidak
mau ada lagi Bom Bali, tidak mau ada lagi Bom Kedutaan Besar Ausstralia, karena
itu mengusulkan Densus 88 dibubarkan demi keselamatan teroris harus dilihat
sebagai upaya menghancurkan Indonesia.
Lebih
jauh harus dipertanyakan, apa manfaat Muhammadiyah bagi Indonesia? Jawabnya : TIDAK
ADA, keberadaan Muhammadiyah hanya menguntungkan Arab Saudi, keberadaan
Muhammadiyah bagi bangsa Indonesia hanya PARASIT yang merugikan bangsa dan
Negara. Sudah saatnya kita berani mengatakan lebih baik Muhammadiyah yang DIBUBARKAN
dan Din Syamsuddin diusir ke Arab Saudi daripada terus merongrong bangsa dan negara.